Selasa, 11 Oktober 2011

CDI Racing Suzuki Hayate


MotoBike - Meski belum lama diluncurkan, ternyata skutik terbaru Suzuki Hayate sudah cukup banyak ditemui di jalan raya ibu kota, rasanya sih di daerah pun sama. Malah beberapa pembesutnya sudah kasak-kusut tak sabar mau upgrade performa skutik yang punya handling mantap dan nyaman ini.


"Akselerasi motor saya rasakan agak lambat di putaran bawah ke tengah. Saya pengin bikin ngacir, apa sudah ada part-part racingnya kayak CDI? Soalnya saya dengar dari teman, CDI-nya beda dengan Skywave maupun skutik Suzuki lainnya. Apa betul?" tanya Adrian S, salah satu pembesut Hayate asal Bekasi, Jabar via email.

Memang betul, "Jalur kabelnya beda banget. Walau basis mesin sama dengan Skywave, tidak bisa pakai CDI racing untuk Skywave atau skutik Suzuki lainnya. Karena pada CDI Hayate digabung dengan modul kelistrikan starter dan switch standar samping," beber Heri dari bagian technical service PT Trimentari Niaga, produsen CDI racing merek BRT di Cibinong, Jabar.

BRT sendiri kata Heri baru men-develop otak pengapian khusus buat skutik berkasitas mesin 125 cc ini. Sekarang sudah ada tipe Power Max Hyperband (Rp 450 ribu), Dualband (Rp 500) hingga yang programmable tipe Super Pro (Rp 1,850 juta).

"Memang basis CDI-nya mirip dengan Spin maupun Skywave. Hanya saja kami tambahkan modul untuk sistem starter dan side stand switch-nya. Jadi semua fitur yang berhubungan dengan CDI berfungsi layaknya CDI standar. Jadi kalau pakai produk kami, tinggal colok saja alias plug n play," tambah Heri.

Kelebihan lain produk BRT, lanjut Heri, setelah mesin hidup, tombol starter langsung non aktif. "Meski tombol start ditekan, motor starternya tidak akan nyala. Tidak seperti CDI standar yang butuh beberapa detik (setelah mesin hidup) baru tombol startnya Off. Plus kami tambahkan fitur Dual Spark untuk efek percikan api yang lebih gede dan kuat."

Dari hasil pengujian dyno di bengkel Ultraspeed, Ciledug, Tangerang menggunakan mesin DynoMite buatan Amerika, untuk tipe Power Max Hyperband sanggup mengerek power maksimum hingga 0,3 dk di putaran 7.638 rpm (standar 7,3 dk/7.594 rpm). Sementara torsi puncak justru sedikit mengalami penurunan dari 7.229 Nm/7.220 rpm jadi 7.115 Nm/7.002 rpm. Hanya rentang grafik terlihat lebih rata dengan CDI BRT.

Tapi kalau Anda ingin mengaplikasi CDI merek lain, boleh-boleh saja kok. "Bisa pakai CDI racingnya Spin/Skywave. Tapi mesti mengubah jalur kabel serta di-jumper dengan CDI standar agar sistem starter elektrik dan switch standar samping tetap berfungsi," tukas Aldhie, juragan Bike Rider Shop di Jl. Swakarsa I No.6, Bekasi.

Misal CDI Andrion XP series milik Spin atau Skywave seharga Rp 750 ribu. "Karena basis mesin mirip, mapping timing-nya bisa pakai yang ada di CDI. Hanya memang mesti bikin soket ulang untuk men-jumper kabel starter pada CDI asli Hayate," lanjut pria yang setia menekuni merek Suzuki ini.

Jadi, CDI asli bawaan Hayate tetap dipertahankan hanya sebagai pengaktif sistem starter. Enaknya produk Andrion, ada opsi untuk pilihan mapping sesuai selera atau sesuai ubahan yang diterapkan.

Oh iya, jalur keluaran kabel pada CDI Andrion ada 5 terminal, tapi khusus satu buah terminal yang berfungsi sebagai indikator rpm tidak perlu difungsikan. Jadi cuma ada 4 terminal saja yang dipakai.

Tiap terminal dilengkapi kode warna kabel. Antara lain kabel biru menuju pulser, lalu hitam buat massa, merah untuk arus positif (+12 volt) dari kunci kontak dan kuning menuju koil pengapian.

Nah, karena mesti di-jumper dengan CDI asli Hayate, harus dibuatkan soket tambahan untuk dihubungkan ke soket CDI bawaan motor. Untuk pemasangan kabel jumper-nya, silakan lihat skema kelistrikannya. "Oh iya, berhubung CDI asli Hayate ada di balik lampu rem, dan sempit. Paling enak sih pasang CDI ekstra dengan jalur kabel sedikit dipanjangkan, lalu taruh di bagasi.

Penulis : Rio Fajar | Editor : Pilot | Photo

Sumber : 
http://www.mymotobike.com/index.php/article/read_article/27321/171/2011/09/19/CDI-Racing-Suzuki-Hayate

Bentuk Piston Ternyata Tidak Sepenuhnya Membulat!


Jangan salah mengira! Terutama terhadap bentuk sebuah piston. Sebenarnya, bentuk penggebuk kompresi di ruang bakar ini tidak sepenuhnya membulat. Tapi, diameter part ini lebih kepada bentuk oval.
Dibuat oval, karena aluminium ini juga akan mengalami pemuaian ketika mencapai suhu tertentu. Sehingga, pemuaian yang terjadi akan menambah sedikit lingkar luar piston.
Bentuk oval itu, paling mudah jika dilihat dari bagian bawah. Itu karena bagian bawah juga mudah mengalami pemuaian akibat bersentuhan dengan liner. Juga bagian tapper alias dinding teratas piston (first line).
Setiap dinding piston memiliki titik 0 berbeda. Dari titik 0 ini, diameter piston akan semakin berkurang hingga ke atas. Pengurangan hanya dalam hitungan mikron.
Misalnya, di piston Honda. Titik O itu dimulai 10mm dari dinding paling bawah. Sedang di Yamaha, 5mm dari dinding terbawah. Jadi lebih tahu dong!  (motorplus-online.com)
Penulis : Eka | Editor : Nurfil | Fotografer : Eka
Sumber : 
http://www.otomotifnet.com/otonet/index.php/read_tekno/2011/10/02/323961/33/12/Bentuk-Piston-Ternyata-Tidak-Sepenuhnya-Membulat

Ducati Buka-Bukan Mesin Superquadro 1199 Panigale


Meski belum jelas wujud asli 1199 Panigale, Ducati sudah buka-bukaan soal mesinnya yang konon sangat power full. Mesin ini adalah mesin V twin 90 derajat yang benar-benar baru dan dijuluki "Superquadro". Julukan ini karena karakter mesinnya sangat over square. Diameter pistonnya jauh lebih besar ketimbang stroke-nya. Pistonnya berdiameter 112 mm sedang stroke-nya cuma 60,8 mm. Mesin seperti ini punya karakter cepat bergangsing hingga putaran tinggi. Mesin ini juga dilengkapi dengan hybrid chain / gear-driven camshaft, klep titanium, kopling basah yang terendam oli, throttle tipe ride-by-wire dan memiliki pilihan sistem “riding mode”. Hasilnya, tenaga yang dihasilkan mencapai 195 hp di 10.750 rpm dan torsinya 13,5kgm pada 9.000 rpm. Mantab kan! Makin mantab ketika ukuran motor starter dan baterainya dibuat lebih kecil, sehingga bobot mesin bisa lebih ringan. Pemilihan jenis kopling basah yang terendam oli juga menunjukan pengakuan Ducati pada kopling tipe ini yang mampu bekerja lebih baik ketimbang kopling kering. Beberapa varian Ducati terbaru seperti Multistrada 1200 dan Diavel juga telah mengadopsi kopling basah. Menariknya mesin ini nantinya akan menjadi mesin motor jalanan Ducati yang pertama yang terintegrasi langsung dengan rangka. Seperti "frameless chassis design" yang dipakai pada Ducati GP11 di MotoGP. Aplikasi rangka ini mengakibatkan mesin bisa lebih maju 32 mm, efeknya tentu akan terasa pada handling yang lebih mudah dikendarai. Wajib ditunggu nih! (motorplus-online.com) 
Penulis : Popo | Editor : Nurfil | Fotografer : Ducati 

 Sumber : http://www.otomotifnet.com/otonet/index.php/teknologi/oto

Proses Dasar Pembentukan Logam

  1. PROSES PENGECORAN LOGAM
Pengecoran adalah membuat komponen dengan cara menuangkan bahan yang dicairkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku di dalam cetakan tersebut, dan kemudian dikeluarkan atau di pecah-pecah untuk dijadikan komponen mesin. Untuk mencairkan bahan diperlukan furnace (dapur kupola). Furnace adalah sebuah dapur atau tempat yang dilengkapi dengan heater (pemanas). Bahan padat dicairkan sampai suhu titik cair dan dapat ditambahkan campuran bahan seperti chrom, silikon, titanium, aluminium dan lain-lain supaya bahan menjadi lebih baik. Bahan yang sudah cair dapat dituangkan ke dalam cetakan.

Pengecoran digunakan untuk membentuk logam dalam kondisi panas sesuai dengan bentuk cetakan yang telah dibuat. Pengecoran dapat berupa material logam cair atau plastik yang bisa meleleh (termoplastik), juga material yang terlarut air misalnya beton atau gips, dan materi lain yang dapat menjadi cair atau pasta ketika dalam kondisi basah seperti tanah liat, dan lain-lain yang jika dalam kondisi kering akan berubah menjadi keras dalam cetakan, dan terbakar dalam perapian. Proses pengecoran dibagi menjadi dua : expandable (dapat diperluas) dan non expandable (tidak dapat diperluas) mold casting.

Pengecoran biasanya diawali dengan pembuatan cetakan dengan bahan pasir. Cetakan pasir bisa dibuat secara manual maupun dengan mesin. Pembuatan cetakan secara manual dilakukan bila jumlah komponen yang akan dibuat jumlahnya terbatas, dan banyak variasinya. Pembuatan cetakan tangan dengan dimensi yang besar dapat menggunakan campuran tanah liat sebagai pengikat. Dewasa ini cetakan banyak dibuat secara mekanik dengan mesin agar lebih presisi serta dapat diproduk dalam jumlah banyak dengan kualitas yang sama baiknya.

  • Pengecoran dengan Gibs

Gips yang tahan lama lebih sering digunakan sebagai bahan dasar dalam produksi pahatan perunggu atau sebagai pisau pahat pada proses pemahatan batu. Dengan pencetakan gips, hasilnya akan lebih tahan lama (jika disimpan di tempat tertutup) dibanding dengan tanah liat asli yang harus disimpan di tempat yang basah agar tidak pecah. Dalam proses pengecoran ini, gips yang sederhana dan tebal dicetak, diperkuat dengan menggunakan serat, kain goni, semua itu dibalut dengan tanah liat asli. Pada proses pembuatannya, gips ini dipindah dari tanah liat yang lembab, proses ini akan secara tidak sengaja merusak keutuhan tanah liat tersebut. Akan tetapi ini bukanlah masalah yang serius karena tanah liat tersebut telah berada di dalam cetakan. Cetakan kemudian dapat digunakan lagi di lain waktu untuk melapisi gips aslinya sehingga tampak benar-benar seperti tanah liat asli. Permukaan gips ini selanjutnya dapat diperbarui, dilukis, dan dihaluskan agar menyerupai pencetak dari perunggu.

  • Pengecoran dengan pasir (Sand Casting)

Pengecoran dengan pasir membutuhkan waktu selama beberapa hari dalam proses produksinya dengan hasil rata-rata (1-20 lembar/jam proses pencetakan) dan proses pengecoran dengan bahan pasir ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama terutama untuk produksi dalam skala yang besar. Pasir hijau/green sand (basah) hampir tidak memiliki batas ukuran beratnya, akan tetapi pasir kering memiliki batas ukuran berat tertentu, yaitu antara 2.300-2.700 kg. Batas minimumnya adalah antara 0,05-1 kg. Pasir ini disatukan dengan menggunakan tanah liat (sama dengan proses pada pasir hijau) atau dengan menggunakan bahan perekat kimia/minyak polimer. Pasir hampir pada setiap prosesnya dapat diulang beberapa kali dan membutuhkan bahan input tambahan yang sangat sedikit.

Pada dasarnya, pengecoran dengan pasir ini digunakan untuk mengolah logam bertemperatur rendah, seperti besi, tembaga, aluminium, magnesium, dan nikel. Pengecoran dengan pasir ini juga dapat digunakan pada logam bertemperatur tinggi, namun untuk bahan logam selain itu tidak akan bisa diproses. Pengecoran ini adalah teknik tertua dan paling dipahami hingga sekarang. Bentuk – bentuk ini harus mampu memuaskan standar tertentu sebab bentukbentuk tersebut merupakan inti dari proses pergecoran dengan pasir .